Rabu, 26 Agustus 2009

Bara Kagum Menjadi Api : Memaknai Pemulangan Kerangka Jenazah Almarhum Mgr. Gabriel Manek, SVD


Judul Buku : Bara Kagum Menjadi Api : Memaknai Pemulangan Kerangka Jenazah Almarhum Mgr. Gabriel Manek, SVD

Penulis : Bernard Tukan

Penerbit : Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Larantuka, 2006


Buku ini merupakan apresiasi terhadap almarhum Mgr. Gabriel Manek, SVD sebagai Uskup Larantuka pertama dan Pendiri Kongregasi Putri Reinha Rosari. Karena itu penulisan buku ini terutama ditujukan kepaa umat Keuskupan Larantuka dan para suster Kongregasi PRR, untuk mempersiapkan diri dalam penyambutan kepulangan kerangka jenazah Mgr. Gabriel Manek, SVD.

Dengan demikian, buku ini dapat dijadikan bahan perbincangan dalam pertemuan umat Komunitas Basis Gerejani (KGB), Komunitas Sekolah, Biara dan pertemuan kelompok lainnya. Lebih dari itu buku ini juga dapat menjadi bacaan siapa saja yang hendak belajar dari seorang tokoh pendahulunya.

Maubes –Insana : Salah Satu Masyarakat di Timor dengan Struktur Adat yang Unik


Judul : Maubes –Insana : Salah Satu Masyarakat di Timor dengan Struktur Adat yang Unik
Penulis : Alexander Un Usfinit
Penerbit : Kanisius 2003
Halaman :xv + 227


Masyarakat Maubes-Insana dikenal sebagai masyarakat yang masih asli susunannya, khususnya bila dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Timor yang telah banyak mengalami perubahan terutama sejak pembentukan Desa Gaya Baru pada era 1960-an. Masyarakatnya tersusun dalam struktur adat benjang, yang terdiri dari raja-raja, suku-suku, serta rakyat biasa. Adat-istiadat dan ritus insana juga masih terpelihara dengan baik, misalnya upacara pengumpulan upeti, upacara kematian raja-raja, upacara potong rambut bayi, upacara rumah adat, upacara rumah adat, upacara bercocok tanam, dan lain-lain.

Tidak begitu jelas kapan persisinya kerajaan Maubes-Insana terbentuk. Satu-satunya bukti tertulis yang jelas-jelas menyebutkan Insana untuk pertama kalinya adalah bahwa pada tahun 1760 Von Pluskow memandatangani suatu perjanjian dengan Insana. Dalam Dikumentos Sar Zedas (1722-1725) disebutkan tentang Ainan dengan pelabuhannya, Mena. Penulis-penulis yang lebih tua hanya menyebutkan tentang ratu atau raja Mena, tapi dapat dipastikan bahwa ”Mena” adalah pelabuhan Insana, sebagaimana disebutkan oleh Apollonius Scote (1613) dalam Historia de San Dominggo (1640). Menurut Antonio Pigafetta, yang disadur oleh Le Roux, pada tahun 1522 di bagian selatan Pulau Timor ada empat raja, yaitu Oibich, Lichsana, Suai dan Kabanaza. Kemungkinan besar, yang dimaksudkan ”Lichsana” adalah Insana oleh karena memang Insana mempunyai pelabuhan di pantai utara, yaitu Mena. Setelah ada perjanjian dengan Belanda pada tanggal 22 September 1879, antara Malafu, raja Insana, dan Reidel, residen Timor, barulah diketahui dengan pasti bukti tertulis tentang kerajaan Maubes-Insana. Perjanjian tersebut sekarang masih tersimpan di Sonaf Maubes. Setalh kemerdekaan Indonesia, nama wilayah ini menjadi Swapraja Insana. Pada tahun 1962 statusnya diubah menjadi Kacamatan Insana. Kecamatan ini terletak di tengah Pulau Timor, tepatnya di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU)- NTT.

Buku ini ditulis dengan maksud mencatat adat istiadat serta struktur masyarakat yang sejak lama ada di wilayah kerajaan Maubes-Insana namun kurang terdokumentasi dengan baik. Dan kekayaan khazanah dapatlah dipetik butir-butir hiknah bagi perkembangan masyarakat masa kini.

Kamis, 06 Agustus 2009

MASYARAKAT NELAYAN LAMALERA


Judul : Masyarakat Nelayan Lamalera Dan Tradisi Penangkapan Ikan Paus
Penulis : Ambrosius Oleona dan Pieter Tedu Bataona, SH
Penerbit : Lembaga Gelekat Lewotana, 2001
Halaman :xx + 153

Salah satu yang dikenal dari Lamalera adalah tradisi penangkapan Ikan Paus. Yang hendak diungkapkan dalam buku ini, kira-kira ini yang dimaksudkan dari pengantar Alex Beding, adalah tidak sekedar memberikan pengetahuan tapi juga memberikan gambaran populer tentang kehidupan masyarakatnya. Nilai yang mau diangkat adalah kerja sama.


Dari buku ini pembaca bisa mendapatkan informasi Asal-Usul dan Sistem Kekerabatan, Sistem Ekonomi dan Mata Pencaharian yang berhubungan dengan Lamalara dan Ikan Paus. Diakhir buku dituliskan juga aspek pariwitasa , aspek Bahari /kelautan, dan aspek sejarah nasional.


Sekalipun pesona dan sekaligus persoalan yang dihadapi masyarakat Lamalera dengan tradisi Ikan Paus ini, cukup ramai dibicarakan 2-3 tahun terakhir, juga banyaknya informasi baru yang telah digali dan diungkapkan secara lebih mendalam, buku tetaplah relevan.


Buku ini ditulis oleh Ambrosius Oleona dan Pieter Tedu Bataona, SH, dimana dua orang penulis ini lahir dan dibesarkan di Lamalera. Seperti yang diungkapkan Pater Alex Beding ” Menulis tentang diri sendiri , mungkin dirasakan lebih mudah kalau dibandingkan dengan orang lain menulis tentang diri kita.Tapi itu bukan berarti bahwa kita mengetahui lebih baik, melainkan bahwa mungkin kita bisa memberikan uraian yang lebih tepat dan lengkap, sehingga orang lain mendapatkan gambaran yang tepat dan jelas tentang diri kita.” * Ben

Jejak Langkah Pendidikan dan Para Pendidik Flores.


Judul : Jejak Langkah Pendidikan dan Para Pendidik Flores.
Edutor : Alex Dungkal
Penerbit : Yayasan Padi Jagung, 1999
Halaman :x + 233


Buku ini merupakan kumpulan tulisan yang mefokuskan pada persoalan pendidikan di Flores. Tema yang diangkat khsusunya tentang pendidikan di Flores memang bukan asal tema. Flores memang dikenal dengan sejarah pendidikan yang cukup panjang dan menghasilkan lulusan-lulusan yang juga banyak bergerak di bidang pendidikan.


Para penyumbang buku ini, mencoba menarik benang merah atas sekarah masa lampau dengan pendidikan di Flores , kemudian dicari relevansi dengan keadaan saat ini dan juga memberikan refleksi dari pengalamannya sendiri.


Buku ini memang menarik untuk mengetahui hal apa yang pernah terjadi di Flores dengan persoalan pendidikan. Pendidikan model apa dan dengan cara apa sehingga menghasilkan lulusan-lulusannya yang banyak bergerak dan pantas di dunia pendidikan. Dr. J. Riberu, Dr. Hans Daeng, Dr. Nikolaus Hayon, Dr. Felix Rebhung, Herman Musakabe, Frans Meak Parera, Mikhael Dua, Eduardus Dosi. Dan Anton Djawamaku adalah para penyumbang artikel dalam buku ini. * Ben

KONFLIK TANAH DI MANGGARAI -FLORES BARAT


Judul : Konflik Tanah Di Manggarai Flores Barat. (Pendekatan Sosiologik)
Penyunting : Robert M.Z. Lawang
Penerbit : Universitas Indonesia, 1999
Halaman :xii + 227



Konflik tanah di Manggarai-Flores memang sering terjadi. Berbagai seminar dan pembicaraanpun sudah banyak dilakukan untuk memberikan sumbangan pikiran untuk mengatasi permasalahan ini. Buku ini yang ditulis Robert M.Z Lawang merupakan buku yang khsusus membicarakan tentang Konflik Tanah Tersebut.


Awalnya, buku ini merupakan hasil penelitian penulis, yang kemudian didiskusikan dibeberapa kesempatan dan diterbitkan menjadi buku. Dengan pendekatan sosiologis, penulis berusaha menjawab beberapa permasalahan yaitu, (1) Apakah struktur sosial di Manggarai memang mendukung timbulnya konflik tanah yang begitu banyak jumlahnya dan begitu tinggi intesitasnya? (2) Mengapa institusi sosial yang ada di Manggarai tidak mampu mengatasi masalah ini? (3) Mengapa konflik sosial selama ini harus meminta korban nyawa yang begitu besar? Apa arti nyawa bagi orang Manggarai? Dsbnya. (4)Apakah ada hubungan dengan perubahan sosial yang sedang berlangsung?


Beberapa pertanyaan itu coba dijelaskan dalam buku ini dan pada akhir buku dibeberikan beberapa rekomendasi. Buku ini barangkali menarik dibaca saat ini ketika konflik tanah tak kunjung usai. Buku ini juga kaya dengan berbagai data baik data sosiologi maupun data sejarah, yang oleh pembaca yang meminati perkembangan sebuah masyarakat bisa terbantu pula untuk memahami perkembangan sejarah masyarakat Manggarai. * Ben

SINAR HARI ESOK


Judul : Sinar Hari Esok
Penyunting : Frans Meak Parera dan Gregor Neonbasu, SVD
Penerbit : Jakarta: Funisia dan Pemda NTT
Halaman :xxvi + 358


Buku Sinar Hari Esok, merupakan laporan hasil seminar 12 Agustus 1996 yang diselenggarakan di Kupang-NTT yang bertema ” Peranan Cendikawan dalam Mengembangkan Kualitas Sumber Daya ManusiaNusa Tenggara Timur”. Para penceramah seminar itu antara lain, Drs. Frans Seda, Brigjen TNI (Purn) Alex Dinuth, Drs. Frans Meak Parera, Ignas Kleden, Herman Musakabe, Piet A.Tallo, S.H., Drs. Fritz O. Fanggidae, MS, Drs. Syarifudin R Gomang MA dan Drs J. Cornelis Mbeo.


Beberapa pikiran dari beberapa narasumber ketika itu, dimuat dalam buku ini, di tambah dengan beberapa artikel lain dari S.K. Lerik, J. Philip Gobang, Agustinus Quintus Bebok, Gregor Neonbasu, Darus Anton, Stanis Kapu , Sabinus Kantus, Moses H. Beding, Yohanes Vianey Watu, Alex Seran, Victor I. Tanja, Georg Kirchberger , Alex Lanur dan Leo Kleden.


Seperti yang ditulis Frans Meak Parera (Penyunting), Buku ini mempunyai nilai dokumentasi yang tinggi. Tidak hanya seminar 12 Agustus 1996, tapi kunjungan kerja Kepala Negara, 14 Oktober 1996, dan perubahan status kota Kupang menjadi kota madya.


Kalau saja buku ini dibaca 10-15 tahun kemudian, maka sebenarnya beberapa tema khususnya masalah Sumber Daya Manusia masih menjadi relevan. Namun demikian, beberapa tema ini masih aktual justru dikarenakan belum ada banyak perubahan.
Buku ini kembali mengingatkan terutama pada pokok-pokok dimana sudah ditulis tapi tidak dilaksanakan, atau memang tidak mengetahui hal apa yang sudah pernah dibicarakan. Beberapa hal dari Buku ini terpaksa tidak relevan lagi karena ada perkembangan baru yang sebelumnnya tidak dibayangkan.


Buku ini menjadi menarik untuk membaca kembali perjalanan masyarakat khususnya masyarakat NTT. (Benjamin Tukan)

AKU TERKENANG FLORES ( I Remember Flores)


Judul : Aku Terkenang Flores (I Remember Flores)
Penulis : Kapten Tasaku Sato dan P. Mark Tennien
Penerbit : Nusa Indah Ende, Cetakan ke-2, 2005
Halaman :224



Dinamisme kekinian suatu bangsa erupakan hasil dialektis antara masa lampau dan proyeksi masa depan. Di dalammnya ada paduan aneka aspek kehidupan: ideologi, Sosial, budaya, religius dan sebagainya. Demikianpun, memahami FLORES aktual tetap berada dalam wacana demikian. Darinya ditemukan satu kekhasan Flores, yakni keberakaran yang kuat dalam religiositasnya yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya. Inilah yang diakui oleh Tasaku Sato, sang Kapten Jepang yang menuangkan pengalaman kerjanya di Flores, di masa Perang Dunia II, ke dalam buku ini.


Buku ini dijalin dalam satu kesatuan , fakta sejarah, diramu dalam bahasa yang enak dibaca, sebagai perpaduan aneka gaya bahasa: sastra, percakapan, maupun ilmiah populer. Buku ini sungguh memberikan pemahaman yang mendalam dan tepat bagi siapa saja yang ingin mengenal Flores dengan religiositasnya yang kuat, yang mempengaruhi segala aspek kehidupan. (Kutipan dari tulisan di cover belakang buku)* Benjamin Tukan)

MENJADI SEMAKIN SERANI


Judul : Menjadi Semakin Serani : Memaknai Doa Penyerahan Vikariat Larantuka.
Penulis : Bernard Tukan, Vicky Lemba, Krisantus Kwen , Ansel Atasoge
Penerbit : Komisi Kerawam Keuskupan Larantuka, 2007
Halaman :71



Buku ini diinspirasi dan dimotivasi oleh pandangan Mgr. Frans Kopong Kung, Pr, tentang pemulangan Jenazah Mgr Gabriel Manek, SVD uskup pertama keuskupan Larantuka dan Pendiri Tareka Puteri Reinha Rosari (PRR). Menyadari pentingnya semangat awal dan padandangan yang visioner bagi pengembangan Gereja Lokal Keuskupan Larantuka maka, kembalinya almarhum Mgr Gabriel Manek, SVD di makanai sebagai peristiwa penting.


Buku yang merupakan kumpulan artikel dari beberapa penulis diantaranya, Bernard Tukan, Vicky Lemba, Krisantus Kwen dan Ansel Atasoge, tidak lain merupakan tulisan-tulisan refleksi yang menghubungkan antara pikiran Uskup Gabriel Manek ketika masih memimpin Keuskupan Larantuka, momen kepulangan jenazah Uskup Gabriel Manek dan situasi umat dalam gereja Lokal Keuskupan Larantuka. Hal-hal yang direfleksikan antara lain, bukan sekedar Imam Altaris, Perantauan, Orangmuda dan pendidikan.

PELANGI SIKKA ( THE RAINBOW OF SIKKA)


Judul : Pelangi Sikka ( THE RAINBOW OF SIKKA)
Penulis : B. Michael Beding dan S. Indah Lestari Beding.
Penerbit : Buangjala tahun 2001
Halaman :lxx + 198



Pelangi Sikka adalah judul Buku yang ditulis oleh B. Michael Beding dan S. Indah Lestari Beding. Buku yang terbit dalam dua bahasa dan di lengkapi dengan beberapa foto ini diterbitkan oleh Penerbit Buangjala tahun 2001.


Buku Pelangi Sikka, berupaya memaparkan kepurbakalaan, sejarah, seni dan budaya, dan Potensi yang terdapat di Kabupaten Sikka, sebuah Kabupaten di NTT tepatnya di pulau Flores. Melalai penelitian yang mendalam dan menyertakan pendapat dari beberbagai kalangan di Sikka, buku ini mengantarkan suatu perkenalan akan Sikka yang sedang bergerak dalam perubahan. Karena itu, selain pembaca di bawah pada perkenalan tentang Sikka, juga diantarakan untuk memahami Sikka dalam perkembangan dan perubahan saman saat ini.


Dapatkan buku yang terbit 2001 ini dimaknai tentang Sikka dalam hari-hari ini? Itulah pertanyaan ketika membaca buku ini. * Benjamin Tukan